Diskusi Ecosystem Seni Yang Melegakan Di Ruang Yang Nyaman

            


            Sisoe Space, sebuah tempat yang tenang di jalan Semboja sebelah utara TPU Samaan Kota Malang. Sungguh memberikan pengalaman yang menghipnotis untuk dapat mengecap secangkir kopi di sana. Tidak hanya menawarkan pengalaman nongkrong sambil ngopi, seringkali karya-karya seni disajikan untuk menemani kita. Karya-karya itu mungkin bisa sekedar untuk menyegarkan mata, media estetik untuk berfoto, atau jika pembahasan telah habis waktu nongkrong, karya-karya ini bisa jadi bahan pembahasan. Seperti pada hari Rabu 20 September 2023, Pukul 19.00 WIB, Sisoe bekerja sama dengan Bypondasi (kelompok yang fokus pada manajemen seni) mengadakan diskusi santai. Berbarengan dengan penutupan pameran seni rupa "SI/SU", diskusi kali ini membahas tentang "Eco-System" dengan tagline "Bagaimana kita? seni dan kesenian saling terkait". Setelah dibuka oleh Santos sebagai ketua penyelenggara dan sambutan oleh pihak Sisoe diskusi dimoderatori oleh Dani selaku tim dari Bypondasi. Setelah perkenalan dari para pemantik yaitu: Ulin founder Malang Art Map, Ocak dan Thariq selaku seniman muda Malang. Pembahasan dimulai dengan pandangan setiap pemantik mengenai pandangan lingkungan seni di kota Malang.

            Banyak poin-poin menarik dalam diskusi yang menggugah dan aplikatif untuk perkembangan seni di kota Malang. Pada pembahasan awal kondisi dan permasalahan ekosistem seni dibahas, seperti yang disampaikan Ulin "Medan sosial seni itu harus saling terhubung satu sama lain, sedangkan di Malang komponen lingkungannya masih belum lengkap". Beririsan dengan Ulin, Ocak sendiri menyampaikan "Banyak sekali pengalaman yang didapat dari lingkungan tidak hanya dari dunia akademis". Konektivitas akhirnya memang diperlukan seperti yang dirasakan oleh Thariq yang merasa awam mengenai dunia seni di masa awal terjun menjadi seniman. Akhirnya untuk mengatasi hal itu, kita harus terjun dan tenggelam pada lingkungan seni itu sendiri.

            Dibalik proses tumbuh dan berkembangnya kesenian yang tanpa ujung, terdapat komparasi yang menarik. Menurut para pemantik dan responden, sepakat bahwa lingkungan seni di kota Malang itu masih sangat berpotensi karena masih banyak komponen-komponen medan sosial seni yang belum lengkap. Medan sosial yang dimaksud adalah kelengkapan komponen seni seperti kritikus, sejarawan, peneliti, kurator dan banyak lagi. Bertumbuhnya ekosistem ini membuka peluang lebar untuk memilih fokus karir yang akan digeluti di dunia seni.


            Pembahasan selanjutnya yang menarik adalah mengenai ruang (salah satu komponen ekosistem seni). Menurut Ulin "Setiap ruang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri- sendiri". Berkaca dari hal itu, banyak yang bisa kita kerjakan untuk melengkapi ekosistem seni di Malang. Sesuai dengan pandangan Ocak "Sebenarnya banyak ruang-ruang yang bisa diciptakan dengan pengkajian yang matang". lebih lanjut pembahasan mengarah pada pertanyaan tentang bagaimana aktivasi ekosistem seni di malang? Ulin dan Ocak memiliki pandangan yang senada bahwa kita membutuhkan program yang bersinergi, Thariq juga menambahkan,  "Kita sudah berani punya gagasan kita juga tidak boleh malas untuk bergerak". Pembahasan dari ekosistem, ruang, sampai program, dikuatkan lagi dengan elaborasi Santos yang membagikan sebagian pola dari "Art of War" oleh Sun-Tzu untuk diaplikasikan pada kesenian. Singkatnya Santos menyampaikan bahwa, “Pertama adalah kita harus bisa meneliti atau menilai tempatnya (Kota Malang). Kedua, adalah bagaimana aturannya, dalam pergerakan seni adalah struktur dan programnya. Ketiga kita harus memantau (mempelajari pergerakan di tempat lain). Keempat, membuat perencanaan, dan kelima adalah pelaksanaan. Setiap komponen bisa berkelanjutan jika kita mempunyai sikap inisiatif, berstrategi dan visioner."

            Selanjutnya, diskusi berjalan lebih mengalir dengan berbagai responden yang aktif saling berpendapat dan menanggapi. Setelah diskusi ditutup oleh moderator, di sebuah tempat yang nyaman dan tenang di salah satu sudut kota Malang itu, suasana semakin aktif dan hangat,. Pembahasan mengenai ruang, saling bertukar kontak (berjejaring) untuk kolaborasi lebih lanjut, terfasilitasi pada malam hari itu. Dari sini, sekedar bertemu dan bertukar pikiran dengan orang baru, kita bisa saling berbagi keresahan. Penyampaian yang terbuka dan jujur setiap responden membongkar celah sempit rasa keterbatasan. Demi perkembangan lingkungan seni di Kota Malang yang natural. Seperti itulah ekosistem atau sistem lingkungan, lingkungan yang terbentuk atas kehendaknya sendiri dengan nyaman. Seperti kesimpulan yang dibuat oleh Dani selaku moderator sebagai penutup, "ekosistem adalah sistem yang eco (nyaman dalam Bahasa Jawa)", sehingga kita dapat bersama-sama berperan aktif berkembang pada lingkungan yang sehat tanpa eksploitasi.

 

Batu, 21 September 2023

Penulis: Anggun Setiawan

Foto: Akmal

Comments

Popular Posts