Dari Kami: Inspirasi Dwimingguan #1


Ulin

@lathigeni

"Palehorse"

Nama itu muncul dari temanku yang memang suka melihat apa pun. Palehorse adalah illustrator asal Florida yang baaaru saja aku tahu. Karyanya lineart 2D dan kental sekali aroma etnik-etnik dari India, Tibet, dan Hindu, kurang lebih seperti itu. Objek gambarnya seperti dewa-dewi, hewan mitologi, dan sebagainya. Beberapa karyanya menggunakan warna monokrom. Beberapa karya yang lain memiliki bentuk-bentuk lettering yang diciptakan dengan gayanya dia sendiri.


 Artwork dari Palehorse menurutku juga cukup aplikatif. Bisa diaplikasikan pada banyak medium serta relatif mudah dan apik kalo dijadikan merchandise. Terakhir kali aku lihat dia update foto di Instagram, dia bikin mural yang gauwedhe sekali dan apik.

Bagi illustrator sepertiku yang juga suka dengan pola-pola etnik, ah, rasanya pengen segera pegang pulpen dan menggambar. Gemes.

Tautan: Behance | Instagram



Agni

@thinkaesthetically

"Unicorn Store - A Store Full of Dreams"

Sejak kecil, saya bermimpi untuk memiliki sebuah ruang yang bisa difungsikan sebagai studio atau bengkel tempat saya mengerjakan segala bentuk kesenian. Entah itu di garasi ataupun di basement. Namun, karena tumbuh dalam keluarga yang cukup dan biasa-biasa saja, keinginan itu seakan kandas dengan realita hidup. Kira-kira, film yang ingin saya bahas, bertema seperti itu.


Unicorn Store adalah sebuah film yang membawa saya beretrospeksi terhadap segala kejadian yang akhirnya membawa saya ke kondisi saat ini. Film ini bercerita mengenai seorang perempuan bernama Kit yang diperankan oleh Brie Larsson, yang mengemban pendidikan seni lukis namun kandas di tengah jalan karena ketidakmampuannya memproses kritik pedas dan mencoba bangkit dari keterpurukan tersebut. Karena sudah dewasa, Kit mengalami dilema ideologis yang cukup relevan dengan tema pendewasaan diri.

Tidak hanya menjadi sebuah refleksi, film ini juga sedikit menggambarkan secara realistis bagaimana masyarakat pada umumnya memperlakukan lulusan seni. Tidak lupa menggambarkan bagaimana institusi pendidikan seni (khususnya seni lukis) memperlakukan siswanya, seakan memperindah perkataan kejam dan mendegradasi status seorang siswa seni.Walaupun mendapat reviu yang rendah, menurut saya Unicorn Store menyegarkan kembali pandangan saya mengenai praktik seni yang penuh dengan unsur bermain.

Seperti dulu sewaktu kita kecil, kita semua senang menggambar, itulah seni di mata saya.Polos, optimis dan magical. Oleh karena itu, saya harap akan selalu ada setidaknya satu Unicorn Store di dunia ini.


Tautan: Trailer | Netflix



Dimas

@dimazfakhr_

"We Discuss - Start Your Own Graphic Design Studio"

Salah satu episode podcast dari Whitebooard Journal yang cukup membuat saya minggu ini mikir-mikir seru. Topiknya memang pas dengan apa yang sedang saya rasakan sekarang. Karena lagi butuh banyak-banyak insight untuk membantu saya starting my own team. Mendapatkan tautan episode ini secara tiba-tiba, semakin menguatkan keyakinan saya ketika sedang melakukan sesuatu yang baik, kita pasti akan dipertemukan dengan hal-hal yang baik pula. Bahkan terkadang dengan cara yang kita pun tidak menyadarinya.

Menyenangkan!



Tautan: Spotify | Website



Lidya

@lidyaamaliarahmania

"Philosophize This! Episode #022 Blast to the Renaissance!"


Saya lupa sudah berapa kali memutar episode Renaissance ini dari Podcast Philosophize This oleh Stephen West. Materi kali ini membahas bagaimana mengukur kemajuan sebuah generasi, khususnya pada era Renaissance. Secara umum, banyak orang yang miskonsepsi bahwa sebuah era yang lebih akhir pasti lebih maju, padahal belum tentu. Meskipun secara umum, banyak aspek yang menunjukkan hal tersebut, ada kalanya aspek negatif sebuah era menyeimbangkan progres positif di era tersebut.

Black Death menyebabkan krisis populasi yang menghabiskan 30-60% populasi dunia. Hal ini menyebabkan krisis ekonomi ketika para pemilik kapital/usaha kekurangan pekerja. Serikat pekerja mulai terbentuk, karena menolak dibayar sangat murah. Karena mereka harus mempertaruhkan nyawa hanya untuk bekerja (bisa tertular plague kapan pun). Saat inilah pola pikir individualis mulai terbentuk secara massal, every man for himself. Kemudian krisis ekonomi berubah menjadi krisis politik. Perubahan-perubahan ini kemudian menjangkiti para intelektual karena perubahan pola pikir khalayak umum secara cepat. Pada era Renaissance, petuah kuno "Ignorance is a bliss" (Pengabaian adalah nikmat tersendiri) kembali santer.

Saat mendengarkan siaran Podcast ini, saya merasa bisa merelasikannya dengan kondisi krisis yang banyak terjadi di sekitar kita. Sebagai seorang intelektual yang merasa dunia ini terlalu bising, saya mulai belajar menerima bahwa tidak semua hal yang sedang terjadi perlu diproses sehingga mengganggu keseimbangan personal.

Tidak perlu bersikap responsif terhadap segala hal, akan tetapi tidak semata-mata menjadai abai pada keadaan sekitar. Karena menurut saya, "Being an ignorant is stupid." Menjadi sosok yang abai terhadap perubahan adalah sebuah tindakan kebodohan, setidaknya perhatikan, bereaksilah pada hal yang benar-benar penting untuk nilaimu.



Tautan: Spotify | Transcript

Comments

Popular Posts