Melihat Bodilpunk Berkembang dari sudut pandang temannya
Ah, ini jadi
menarik sekali. Tidak habis pikir sekarang saya membuat tulisan tentang teman
saya sendiri karena saya juga terinspirasi olehnya.
Rahadil,
atau yang beken dikenal dengan nama Bodilpunk, adalah seorang visual
artist, illustrator, sekaligus art director
asal Malang. Bodilpunk lebih banyak mengerjakan artworks
untuk merchandise dan visual-visual
untuk event/festival. Kliennya
berdatangan mulai dari lokal hingga manca negara. Merchandise
untuk band-band ternama pun sudah masuk dalam portofolionya, seperti Metallica,
Avenged Sevenfold, RHCP, Foo Fighter, dan masih banyak lagi. Luar biasa.
Rahadil
adalah salah satu teman seperjuangan saya. Kami satu SMA
dan pertemanan ini berlanjut sampai perguruan tinggi, Desain Produk Industri ITS Surabaya. Zaman SMA, saya sudah tahu Rahadil
suka menggambar seperti doodle,
monster dengan garis-garisnya yang tebal. Setelah masuk kuliah, Rahadil diterima di DKV sesuai pilihannya, sedangkan saya tersesat ke jurusan
Desain Produk. Ahaha.
Kuliah, Musik, dan
Gambar
Sebagai mahasiswa, kami hidup normal ala mahasiswa. Nugas
lembur, ngerjain revisi, makan mie, ngerjain
revisi sambil makan mie, dan sebagainya.
Sedikit beda hobi, Rahadil sibuk band-bandnan,
sayanya sibuk bal-balan. Di masa kuliah itu juga, nama sapaan Rahadil mulai akrab
disapa Bodil. Ternyata, dari hobi
band-bandnan inilah, yang akhirnya
mengawali karir seorang Bodilpunk sebagai illustrator
dan bukan sebagai musisi. Intermezzo
sedikit, Bodil punya selera musik yang umumnya kita dengar di masa kita SMA dulu, yap Punk, Melodic, Alternative rock,
gitu-gitulah. Kita akan mengingat nama-nama seperti Blink 182, Ramones,
Totalfat, atau kalo lokal Malang, kita akan ingat nama-nama Toxictoast, Brigade
07 dan SATCF. Hmm high school never ends,
sepatuku Vans Wonokromo dan wajib pakai kathok
boxer.
Musik yang Bodil mainkan pun akhirnya tidak jauh dari genre-genre itu.
Bodil pun sibuk band-bandnan disambi kuliah dan nggambarnya, hingga masuk lingkaran sosial musiknya sampai
manggung-manggung di gigs
kecil-kecilan kota Surabaya. Dalam lingkaran
musiknya inilah, Bodil menemukan inspirasi bisnis yang terucap dari lambene kancane. “Gambarmu apik Dil, yaopo lek dadi merchandise bandku?”
(Gambarmu bagus Dil, gimana kalo jadi merchandise
bandku). Mungkin matanya berbinar dan cahaya meneranginya dari langit ketika
mendengarnya.
Singkat cerita, semenjak itu, Bodil mulai serius mempelajari
bagaimana gambar yang hanya di lembaran-lembaran kertas, bisa turun cetak untuk
merchandise.
Belajar transfer ke digital, belajar Photoshop,
dll, hingga seorang Bodil dikenal sebagai orang yang bisa bikin gambar untuk merchandise
di lingkaran pertemanannya. Pun juga di masa itu, mulai tercetus bikin nama
alias, biar keren, dan juga karena terinspirasi Graffiti Artist yang biasanya punya nama lain seperti Darbotz atau
Yellowdino. Sesederhana kata Bodil yang merupakan panggilan bekennya dan punk
musik kegemarannya, yang sebetulnya juga diambil dari username yang biasa dipake Rahadil kalo sedang maen Counter
Strike. Remeh, tapi long-lasting,
Bodilpunk resmi menjadi nama alias. Asik juga sih. Gembulrock.
Dimastoner. Sugengdeathmetal?
Keseriusan Sseorang
Bodilpunk
Bodil adalah orang yang tekun. Di masa kuliah saya tahu
betul bagaimana Bodil sangat asik mengulik apa yang dia suka. Ketika dia sudah
tergerak hatinya untuk menjadi seorang illustrator,
Bodil menjadi lebih dalam dan semakin serius untuk mempelajari segala aspek
yang menunjang dirinya untuk menjadi seorang illustrator.
Belajar teknik contohnya. Saya masih ingat waktu itu, seusai
kelas, Bodil sedang nggethu
sedang serius menggambar. Bikin gambar tengkorak, hell yeah, drawing skull is something cool
back then. Dia bikin titik-titik pake drawing pen.
Dia cerita kalo itu namanya Pointillism
yang sama sekali saya tidak tahu. Tuk..
tuk.. tuk.. pelan-pelaaan dia telaten
kalem-kalem bikin pointillis
untuk mengisi bagian shading di
gambar tengkoraknya. Saya amati baik-baik, lalu bertanya hal mendasar. “Itu
bolpen nol koma berapa, Dil” Dan
terkaget-kaget ketika mendengar jawabannya “Bolpen yang 0,05 Lin”... “Wuooooohhh~~”
karena menurut saya waktu itu semakin detail semakin keren. Hahaha.
Bodil sudah menjadi teman akrab saya berbagi seputar dunia
gambar. Tiap ketemu yang dibahas adalah gambar, ya kadang curhat percintaan
juga sih. Dari Bodil, saya jadi semakin banyak tahu dunia ilustrasi utamanya
untuk band, biasanya kaos dan cover album. Nama-nama illustrator
yang diidolakan menjejali kepala saya. Sebut saja Pushead, Dan Mumford, God Machine,dan lain-lain,
sedangkan di Indonesia sendiri ada Tonymidi, Coky Greenway, dan lain-lain.
Lingkup yang lebih kecil lagi, di dalam kampus di antara kami berdua, ada juga
teman kami yang sudah lebih dulu bermain di bidang itu, dia adalah Ilham TKS
Lowskill dan Eric Munkie Strike. Semua nama-nama itu, menjadi inspirasi bagi
kami berdua.
Bodil juga paham beberapa teknik menggambar, diantaranya ada
pointillism,
hatching, crosshatching, engraving, dan lainnya.
Pada perkembangannya, meskipun Bodil pernah belajar berbagai teknik, Bodil
lebih nyaman di pointillism
dan konsisten sampai sekarang. Sentuhan pointillism
masih ada entah sebagai texture atau shading. Konsisten yang lain menurut
saya juga ada pada style gambar.
Karakternya kekartun-kartunan dan monster-monsternya pun sebetulnya tidak
hilang semenjak SMA.
Bodil merupakan orang yang memiliki ketekunan dan keseriusan yang .. yang.. yang tuekun banget pokoknya. Dari zaman kuliah, saya menyadari bahwa Bodil sering langsung pulang ke kosan setelah perkuliahan usai. Ternyata dia lebih memilih menghabiskan waktu untuk menggambar di kamarnya daripada nyangkruk bersama kita, teman-temannya yang bahkan bisa nyangkruk sampe pagi. Beberapa hari kemudian, Bodil sudah memposting gambarnya di Facebook. Dhuar! Likesnya banyak.
Keunikan Bodilpunk
Bodil punya keunikan di kesehariannya, yang menurut saya
menarik untuk diceritakan. Dia adalah orang yang rapi dan tertata, dan akan gemes
ketika melihat sesuatu yang menurut dia tidak pada tempatnya. Ambil contoh, selesai
bekerja, meja akan rapi, posisi laptop akan tertutup, dan alat tulis akan
dikembalikan ke tempatnya. Lebih ekstrim lagi, gelas minum yang dia letakkan
harus sesuai dengan hatinya, pegangan gelas harus dia tentukan menghadap
kemana. Ketika pegangan gelas menurut dia menghadap ke timur adalah tidak pas,
dia akan mengarahkannya ke arah yang menurut dia pas. Haha.
Sesuatu yang lucu, tapi juga poin untuk menunjukkan seberapa
peka indra seorang Bodilpunk mengenai
estetika. Hal ini menurut saya mempengaruhi dan terlihat pada gambar-gambarnya. Garisnya bold dan
rapi sekali, padahal gambar freehand
drawing di kertas bukan digital. Ketika kita bisa sangat kotor karena
sketsa, oh jangan salah, Bodil bisa
sangat bersih dan rapi.
Hal tersebut juga mempengaruhi ketika bekerja. Bodil akan
membuat semuanya terstruktur dan terorganisir. Di samping karena pengalamannya
sebagai orang yang biasa mengerjakan commission
work, saya yakin ini juga karena karakter unik seorang Bodil.
Dalam hal ini, saya belajar benyak bagaimana segala sesuatu
memang dibutuhkan sikap yang perlu dibentuk dan dibangun. Ada kalanya kita
memang membutuhkan perencanaan yang terstruktur dan terorganisir. Apalagi
ketika kita sudah terjun dalam dunia profesional.
Profesionalisme
Bodilpunk
Bodil berkembang karena ketekunan dan pengalaman yang
didapatkannya. Ditempa di lingkungan DKV, Bodil menyerap dan mengaplikasikan
ilmu-ilmu yang dia dapat semasa perkuliahan. Branding dan Positioning
contohnya. Wawasan ini diterapkan kepada dirinya sendiri sebagai bentuk self branding.
Bodil tahu betul bagaimana karyanya ditempatkan. Dia juga paham, apa dan dimana
jalur Bodilpunk di dalam industri.
Selain itu, dia juga sangat memahami ada aspek-aspek yang
perlu dipikirkan dan disikapi, seperti segmentasi, aplikasi ke produk,
negosiasi terhadap klien, menjaga komunikasi, dan lain-lain.
Untuk lebih jelas bagaimana Bodil tumbuh menjadi seorang professional, bisa
disimak di kanal podcast Lettertalks.
Sebagai penutup artikel, mungkin kita akan bertanya, dengan
berjuta-juta illustrator di luar sana dan
karya-karyanya yang tidak kalah hebatnya, bagaimana Bodil bisa bertahan sampai
sekarang? Saya jadi teringat kalimat yang diucapkan Raditya Dika, “If you can't be
better, just try to be different". Tanpa pernah berusaha menjadi yang terbaik, Bodil berusaha menggali potensi
diri dan berhasil berdiri sebagai Bodilpunk.
Sukses terus buatmu, Dil!
Simak obrolan bersama Rahadil di kanal podcast Lettertalks
Boleh mampir ke portfolio Bodilpunk
Comments
Post a Comment