Ruang Bebas Exhibition dan Cerita di Baliknya
Ruang Bebas adalah pameran seni dari sekelompok muda-mudi yang diadakan secara kolektif dan independen. Mulai dari patungan sewa galeri, cetak banner, beli senar, beli selotip, dan lain-lain, semuanya dikerjakan sukarela dan bersama-sama. Seru sekali. Ruang Bebas sudah diselenggarakan dua kali di tempat yang sama, Galeri Raos. Pameran yang pertama di tahun 2019, sedangkan yang kedua tepat bulan lalu, Januari 2020.
Membaca judulnya, “Ruang Bebas”, mungkin orang akan berpikir,
kebebasan seperti apa yang ditawarkan? Ataukah ini pameran yang merespon makna kebebasan?
Sebebas apa karya yang dipamerkan?
Ruang Bebas memamerkan karya yang didominasi oleh karya
drawing di atas kertas, beberapa di antaranya menggunakan media patung dan
instalasi. Tidak ada yang bakar sepeda motor atau aksi melepas borgol rantai di
dalam air a la Houdini, atas nama kebebasan berkarya yang dikemas dalam bentuk
performance art. Tapi apakah bebas harus seperti itu? Tentu tidak.
Lalu bebas yang seperti apa yang dimaksud dalam pameran ini?
Ruang Bebas adalah
Buah dari Kelas Menggambar
Dok. Penahitam Malang |
Kurang lebih 4 tahun yang lalu, kalau tidak salah tahun 2016, muncul sebuah kelas informal di kota Malang. “Kelas Menggambar Penahitam” namanya. Sebuah kelas yang digagas oleh beberapa orang dari Penahitam Malang, sebagai ruang untuk belajar menggambar, baik secara teknikal maupun konseptual. Kelas ini juga dijalankan secara kolektif dan independen. Kurikulumnya disusun sendiri, teman-teman bisa berposisi menjadi guru atau murid, tergantung apa yang perlu dipelajari. Asik ‘kan? Kelas menggambar bahkan sudah dua kali bikin pameran. Beberapa pesertanya juga masih aktif berkarya sampai sekarang.
Sejujurnya, saya adalah salah satu penggagas berdirinya
Kelas Menggambar Penahitam. Tapi karena tanggung jawab pekerjaan, saya merantau
ke Sidoarjo dan meninggalkan Kelas Menggambar. Sepurane yo rek, temenan, saya
berat hati meninggalkan kelas menggambar.
Singkat cerita, Kelas Menggambar kemudian dilanjutkan oleh
Kiki, (narasumber tulisan ini), Menara, dan teman-teman lain Penahitam Malang di waktu itu. Kegiatan
mereka biasanya menggunakan ruang publik seperti taman untuk berkumpul. Mereka
yang ikut Kelas Menggambar, bermacam-macam, ada yang pelajar sekolah, mahasiswa
dan klan para pekerja.
Sayangnya, kelas ini hanya bertahan 2 tahun. Meski umur
Kelas Menggambar itu singkat, menurut saya kelas menggambar ini terbilang
sukses. Sukses darimana? Dari munculnya dua kali pameran Ruang Bebas.
Selama 2 tahun kelas menggambar berjalan, ternyata kelas ini
cukup berpengaruh, baik secara teknis keahlian mereka yang semakin terasah,
juga semakin mempererat pertemanan di antara mereka. Terbukti ketika kelas
menggambar ini sudah tidak ada lagi, beberapa di antara mereka, merasa ada yang
hilang.
Aaada yang hiiilang dari perasaaankuuw~~
Suatu hari di kedai kopi, Kiki ngobrol dengan sahabatnya,
Kodrat a.k.a Akwan. (keduanya terlibat di Kelas Menggambar). Dari hasil obrolan
itu, muncul ide dan tergerak untuk mengadakan pameran yang mampu mengumpulkan
teman-teman. Sebagai pengisi atas apa yang mereka rasa sudah hilang.
Konsep pamerannya, adalah konsep pameran tanpa ribet, tanpa
terlalu banyak syarat, tanpa keruwetan berpikir bahwasanya pameran itu harus
begini dan begitu bla bla bla. Intinya bikin pameran ya bikin aja, yang penting
bisa kumpul lagi bersama teman-teman, bisa berkarya dan bersenang-senang lagi.
Maka munculah Ruang Bebas Exhibition. Pertama kali diadakan pada
bulan Mei 2019. Sebuah pameran yang diadakan untuk menjawab keresahan mereka atas
hilangnya atau berkurangnya intensitas pertemuan dengan teman-temannya. Sebuah
pameran yang bertujuan untuk silaturahmi dalam rangka mempererat pertemanan
yang dulu pernah mereka bangun.
Sebuah Pencapaian
Empat tahun berlalu semenjak Kelas
Menggambar didirikan. Mereka tumbuh dan berkembang, rutinitas semakin padat dan
tanggung jawab kian bertambah. Beberapa tergerus di dalamnya, beberapa tergerak
untuk mencari celahnya. Berkat Ruang Bebas, akhirnya muncul lagi ruang berkegiatan
untuk refreshing, untuk saling bertanya kabar, bersenda gurau dan berkesenian
bersama.
Di sisi lain, menurut saya, ini
adalah pencapaian. Semula yang dulu hanya sebagai peserta di Kelas Menggambar yang
malu-malu, kini sudah berani menampilkan karyanya. Semula yang merasa tidak
bisa menggambar, kini sudah terlihat kemajuannya. Mereka sudah sukses
membuat pameran dari ide mereka sendiri, dibiayai sendiri, dan dikerjakan
sendiri.
Pertemanan yang dulu hanya lingkup Kelas Menggambar, berkat
Ruang Bebas, kini menjadi lebih luas. Banyak yang antusias dan berminat untuk
ikut membantu. Semua yang ikut berpartisipasi dalam
pameran ini datang dari berbagai kota, berbagai umur dan kalangan, pelajar,
mahasiswa, karyawan, freelancer,
wiraswasta, pegawai negeri, siapapun itu dan dari latar belakang apapun.
Dalam pameran ini, apa yang telah
mereka lakukan, bukan dengan tujuan agar hasil karyanya dibeli orang. Bukan
pula membahas tentang wacana kebebasan. Dalam pameran ini, mereka sedang
merayakan kebebasan.
Kebebasan berekspresi, kebebasan
berkesenian. Kebebasan untuk membicarakan atau tidak membicarakan kebebasan itu
sendiri.
Kontributor : Khirzan Ulinnuha
Foto : Kodrat
Kontributor : Khirzan Ulinnuha
Foto : Kodrat
Sukses terus mas Ulin
ReplyDelete