Menikmati Garis Melalui Mini Art Malang #2



Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk membuat dirinya bersemangat lagi dalam berkarya. Salah satunya adalah dengan mengunjungi pameran seni. Setidaknya bagi saya ini merupakan cara yang ampuh untuk mengganggu pikiran saya agar mulai berkarya lagi. Selalu banyak ide-ide dan wacana baru yang tiba-tiba muncul ketika sedang menikmati karya-karya yang dipamerkan, atau setelah berbincang dengan kurator maupun seniman peserta pamerannya secara langsung. Rasanya seperti kran ide yang sebelumnya saya tutup dengan segala macam pikiran defensif, tiba-tiba terbuka lebar. Mengucur deras. Mak byor. Segala ide dan wacana yang sebelumnya belum pernah terpikirkan, tumpah ruah secara bersamaan.

Menyenangkan. Namun juga membuat saya (seringnya) kewalahan.

Perasaan seperti inilah yang saya rasakan ketika bertandang ke pameran Mini Art Malang #2 di kompleks Gedung Dewan Kesenian Malang. Pameran yang berlangsung pada 23 Agustus — 5 September 2019 ini diinisiasi oleh Studio Dinding Luar (SDL). “Beyond the Lines”, tajuk utama yang diambil pada pameran kali ini menyajikan ratusan karya “drawing” yang dihasilkan oleh 125 seniman yang berasal dari berbagai kota di Jawa Timur, Yogyakarta, Rembang, dan Jakarta.
Pemilihan drawing sebagai tajuk utama dalam pameran ini adalah untuk mengenalkan kepada publik bahwa di era kontemporer saat ini posisi drawing tidak lagi berada sebagai pendamping karya-karya lainnya (lukisan, patung, ataupun grafis). Seniman dapat memilih drawing sebagai medium prinsip mereka dalam berkarya dan meyakininya secara mendalam bahwa karya mereka statusnya setara dengan mode-mode karya lainnya. Drawing memberikan kebebasan pada seniman untuk dapat mengeksplorasi seluas-luasnya dan mengabaikan batasan-batasan pada aspek kreativitas.
Hal ini dibuktikan dengan karya-karya yang ditampilkan menggunakan media yang sangat beragam, dari pensil hingga cat air, dari 2 dimensi hingga 3 dimensi, dan dari hitam putih hingga berwarna. Masing-masing seniman memiliki interpretasi tersendiri terhadap tajuk utama yang diberikan. Sehingga saya, sebagai orang yang masih dalam taraf penikmat karya seni, bisa merasakan perasaan yang beragam ketika melihat dan menikmati karya yang terpajang satu per satu. Perasaan itulah yang akhirnya memunculkan pertanyaan besar di kepala saya,

“kalau ternyata drawing pun bisa dieksplorasi seperti ini, bisa digunakan sebagai media utama dalam manyampaikan ide & wacana, mengapa saya belum memulainya? Mengapa saya masih terjebak dalam pemikiran harus seperti ini, harus seperti itu, yang akhirnya malah gak membuat karya satu pun.”




Rasanya saya selalu seperti ini setelah mengunjungi pameran seni. Kembali bersemangat lagi dengan ide-ide dan pertanyaan baru untuk diri saya sendiri. Entah bagaimana respon saya selanjutnya, yang penting rasa semangat untuk kembali berkarya itu telah muncul kembali. Kalau suatu waktu nanti redup, ya tinggal mencari pameran-pameran berikutnya untuk diambil aura semangatnya. Hmm, manusia memang seringnya butuh asupan semangat dari luar, ya?

Akhir kata, terima kasih Mini Art Malang, Studio Dinding Luar, dan semua seniman yang telah berpartisipasi dalam menumbuhkan kembali semangat saya. Yumak hebak mbois!



*Info selengkapnya tentang Mini Art Malang bisa dicek di laman Instagram https://www.instagram.com/miniartmalang/


Kontributor : Dimaz Fakhruddin

Comments

Popular Posts